Kamis, 05 Mei 2011

Edward Said: Orientalism and Beyond

A. Pandangan Moore Gilbert tentang Gagasan E. Said

Kemunculan teori postkolonial Orientalisme E. Said membawa suatu pandangan lain tentang imperialisme dan orientalisme. Orientalisme menyediakan satu contoh aplikasi berkelanjutan seperti analisis sejarah budaya Anglophone dan tradisi tekstual. Lebih khusus, Orientalisme adalah untuk mengadaptasi unsur-unsur teori baru ini (yang dalam beberapa diperkuat, serta menantang, tradisi Marxis yang lebih tua) untuk studi tentang hubungan antara budaya Barat dan imperialisme, berpendapat bahwa semua sistem Barat deskripsi budaya secara mendalam Said terkontaminasi dengan apa yang digambarkan sebagai "politik, yang mempertimbangkan - buah instalasi, posisi, dan strategi kekuasaan ". Hal ini penekanananya pada hubungan antara representasi dan pengetahuan Barat disatu sisi dan material dan kekuasaan politik disisi lain.
Debat tentang Postkolonoalis dimulai oleh Said dengan merujuk pada Joshep Bristow tentang “the majority of white academic”. Kritik ini ditanggapi oleh, contohnya Robert Young tentang histografy timur. Di “White Mythologies” adalah dasar Said mendeskripsikan minatnya adalah pada hegemoni barat. Orientalism dikenal sebagai sebuah teks seminal yang lebih berpengaruh sebelum diperhitungkan untuk lebih dianalisis hubungan budaya dan neo-colonialism dapat dielaborasi. Selama ini Perhatian Ahmad berusaha memperluas teori Marxis sebagai sebuah kerangka kerja dan analisis Orientalism. Selain itu juga Ahmad berusaha untuk keluar dari pengaruh pemikiran Said. Argumentasi Ahmad adalah membandingkan kompleksitas akademi barat dalam mereproduksi pembagian tenaga kerja internasional yang terjadi sekarang.
Said menolak tradisi pemahaman liberal tentang humanities sebagai keseluruhan organisasi yang murni atau “disinterested” pengetahuan. Ide, budaya dan sejarah tidak dapat dengan serius dipelajari tanpa kekuatan. Argumentasi Said mengambarkan dua prinsisp sumber metodologi. Yaitu Foucault dan gramsci.

Said pada Foucault :

1. Power dan bagaimana cara kerjanya. Orientalism oleh Foucault ada dua prinsip cara berprinsip yaitu konsepsi pada power dan bagaimana cara berjalannya. Seperti yang kita ketahui selama ini, Foucault menolak konsepsi power sebagai sebuah kekuatan yang didasarkan pada represi sederhana. Menurutnya instrumen kunci dari power adalah ”pengetahuan”. Foucault mengembangkan sebuah argument yang berhubungan dengan segala bentuk ”pengetahuan”.

2. Discourse. Said mengadopsi pendapat Foucault tentang ”Discourse”—sebagai medium yang merupakan kekuatan dan melalui tersebut dilaksanakan—“construct” objek pengetahuan. Dalam Said, power/kekuasaan dalam orientalism mengubah “nyata” Timur ke dalam diskursif “Orient” atau lebih tepatnya mengantikan satu dengan yang lain.

Terdapat perbedaan penting, antara Foucalut dengan Said.
Pertama oleh Said :
- membuka karakteristik membaca methodologi barat yang sumbernya dibedakan oleh bermacm-macam subsequent teori poskolonial
- Dominasi Barat terhadap non Barat bukan fenomena arbitary tapi sebuah kesadaran dan sebuah proses bertujuan dengan keinginan dan perhatian individu. (Said mempertahankan konsepsi kemampuan individu untuk menghindari kendala dominasi kekuatan dan normative “arsip” sebagai representasi budaya)
- Said berusaha mensintesis aspek pemikiran Fouclaut dan Gramsci tentang bagaimana melihat “reproduksi cultural”.

Kedua, Foucault, kekuasan adalah sebuah bentuk jaringan relasi tanpa nama dimana strateginya hanya sejauh maksimal yang dilihat oleh banyak orang . Contohnya Pemerintah = agen bukan individu = agen. Dan percaya bahwa determinasi jejak rekam penulis individu merupakan bentuk lain atas tubuh kolektif teks merupakan sebuah formasi diskursif seperti Orientalism.

Dalam pandangan Said, Orientalism merupakan bentuk hegemoni Barat, Barat = Other, Barat = superior civilazation. Berarti ada prinsip pembedaan identitas dan esensi identitas Timur dan Barat melalui dikotomi sistem representasi pada steriotif dengan tujuan yang kaku pada pembedaan antara Eropa dan Asia sebagai bagian dunia. Konsekuensinya Timur dibentuk secara diskursus sebagai voiceless, sensual, terbelakang , irrasional dsb.

Menurut Said, Orientalism, yang menggambarkan biner antara Timur dan Barat. Ini adalah kunci dalam teori postkolonial. Said berargumen bahwa Barat tidak bisa ada tanpa Timur, dan sebaliknya. Dengan kata lain, mereka saling konstitutif. Terutama, konsep 'Timur' yaitu Timur, diciptakan oleh 'Barat', menekan kemampuan 'Orient' untuk mengekspresikan diri. Penggambaran Barat dari 'Timur' membangun dunia yang lebih rendah, tempat keterbelakangan, irasionalitas, dan keliaran. Hal ini memungkinkan 'Barat' untuk mengidentifikasi diri mereka sebagai lawan dari karakteristik ini; sebagai dunia yang unggul progresif, rasional, dan sipil. Analisa Said dalam Orientalism ini adalah pada hal ”pengetahuan” dan ”represntasi”. Hal ini berati scope of textnya adalah menguji pada literatus, traktat politik/ teks jurnalis, kajian-kajian agama. Lebih jauh lagi Said menekankan pada pemisahan hubungan kekuasaan dan pengetahuan, termasuk didalamnya Material struktur dan proses (militer, politik dan ekonomi).

Selain itu, Said, mengikuti Foucalt, menyatakan bahwa kekuasaan dan pengetahuan tidak dapat dipisahkan. Klaim 'Barat' tentang pengetahuan Timur memberikan kekuatan pada 'Barat' nama dan kekuatan untuk mengendalikan. Konsep ini penting untuk memahami kolonialisme, dan kolonialisme. Power didasarkan pada pengetahuan dan memanfaatkan pengetahuan; di sisi lain, daya mereproduksi pengetahuan dengan membentuknya sesuai dengan niat anonim. Power (re-) menciptakan bidang sendiri latihan melalui pengetahuan. Foucault tak terelakkan ini saling menggabungkan sifatnya dalam kekuasaan neologisme pengetahuan, bagian terpenting di antaranya adalah tanda hubung yang menghubungkan dua aspek dari konsep terpadu bersama-sama. Akan sangat membantu mencatat bahwa Foucault memiliki pemahaman tekstual dari kedua kekuasaan dan pengetahuan. Kedua kekuasaan dan pengetahuan harus dipandang sebagai de-sentralisasi, relativistik, di mana-mana, dan tidak stabil (dinamis) gejala-gejala sistemik. Jadi konsep Foucault kekuasaan menarik hubungan mikro tanpa jatuh ke dalam reduksionisme karena tidak mengabaikan, tetapi menekankan, sistemik (atau struktural) aspek dari fenomena. Menurut pemahaman ini, pengetahuan tidak pernah netral, karena kekuasaan menentukan hubungan. Gagasan kekuasaan-pengetahuan Oleh karena itu kemungkinan untuk dipekerjakan di kritis, normatif konteks. Selain itu ia juga percaya bahwa apa yang ditulis atau karya individu merupakan bentuk lain dari tubuh kolektif yang terbentuk dalam sebuah diskursif seperti orientalism. Artinya apa yang ditulis oleh individu merupakan suara kolektif begitu juga dengan Orientalism.

B. Komentar Moore Gilbert tentang E. Said

Menurut Moore ada kontradiksi dalam Orientalisme Said. Terdapat 2 hal yang diragukan dalam orientalisme ini yaitu dalam hal politik dan metodologi. Petama diskusi yang radikal mengenai Orientalisme ini terjadi dalam hal hubungan antara discursive Orientalisme dan praktek material-politik imperalisme. Ini didapatkan dari Said yang membedakan antara dua hal (dimana hal ini terkait dengan” Barat dan Timur”). Pada satu pihak ia menyarankan pada tradisi Barat dan representasi Timur (Orient) ditentukan oleh Barat (contohnya invasi Napoleon ke Mesir. Lebih lanjut lagi Orientalisme “modern” Prancis didapatkan dari pengetahuan yang didapatkan dari ekspedisi Napoleon). Selain itu yang menjadi kontradiksi lain adalah pada epistimologi Orientalism. Said mengklaim bahwa Barat pada kenyataanya secara konsisten tidak merepresentasikan ”Timur”, selama ini secara implisit pengkaveran istilah materialis direpresentasikan dengan Barat. Dari prespektif ini Orientalis Discourse dipahami sebagai bentuk ”pengetahuan ideologi” dalam tradisi Marxis hal ini berarti sebuah perubahan bentuk kesadaran ”Orient”. Kesulitan metodologi yang kedua dalam Orientalism adalah pada posisi Said sebagai pengkritik sistem. Said mengatakan bahwa analisis yang dilakukan harus diluar ”teks”. Namun dalam kenyataanya Said tidak dapat keluar dari sistem tersebut. Kondisi akademik barat sendiri terlibat dalam neokolonialisme produksi pengetahuan.

Kritik selanjutnya adalah mengenai latent dan manifest dari Orientalisme itu sendiri. ”Latent” dalam istilah Said adalah mengindikasikan ”struktur yang dalam”. Posisi politik dan kekuasaan mendukung dalam discoure ini. Sedangkan ”Manifest” menandakan yang lebih detail yaitu mengarah pada disiplin individual, bagaimana budaya bekerja, dan tradisi. Konflik yang terlibat dalam upaya Said untuk berteori hubungan adalah antara "laten" dan "manifes" Orientalisme adalah memberi tanda pada tingkat yang paling dasar dalam membagi pandangan tentang bagaimana teks orientalis untuk dibaca. Sejauh ia berfokus pada "manifest" Orientalisme, maka dia menguraikan strategi membaca yang ditandai oleh pembacaan yang dekat dengan teks individu, untuk menyoroti cara penulis tertentu menyimpang dari pola yang ditetapkan oleh "laten" Orientalisme. Hal ini kontras ketika Said menekankan ”latent” Orientalism sebagai istilah khusus dalam oposisi yang Said gambarkan. Ia berpendapat bahwa praktek membaca yang tepat adalah salah satu yang "tidak berarti analisis mengenai apa yang tersembunyi dalam teks Orientalis, tetapi analisis lebih dari permukaan teks ..... Saya tidak berpikir bahwa gagasan ini bisa menjadi terlalu menekankan. Pengakuan Said dikotomi dalam reprentations Barat non-Barat bahkan berulang sepanjang teks. Misalnya selain pembagian dasar antara "laten" dan "manifes" Orientalisme dia membedakan antara dua bentuk wacana yang dihasilkan masing-masing oleh "sikap tekstual" dan oleh "pengalaman hidup" dari Timur. Pertanyaan selanjutnya adalah derajat mana yang benar apakah ”manifest” atau ”surface/permukaan” atau Orientalism ditentukan oleh ”latent” atau ”deep”.

Secara umum dari kajian orientalisme ini adalah bahwa dalam analisis ini mungkin bahwa representasi Barat Islam mungkin rumit daripada Orientalisme. Karena sebagai literatur imajinatif memandang periode ini dan dari berbagai daerah ini setidaknya, Orientalisme tidak dapat dianggap seragam baik sebagai penguasaan wacana atau bahkan sebagai konsisten dan sebangun ekspresi dari kehendak untuk berkuasa Barat melalui pengetahuan dan representasi - meskipun sejauh dan kedekatan dari konflik antara Barat non-barat yang tentu saja terdaftar di dalamnya (seperti yang diharapkan dari teks-teks diproduksi dalam masa Perang Salib). Proyeksi keinginan serta pengingkaran dalam karya-karya seperti mengisyaratkan bahwa ambivalensi itu bukan sekadar dichotomizing dan essentializing sikap yang lebih akurat ciri visi Barat Timur. dan apa yang benar dari literatur Eropa awal ini sering di bidang lain deskripsi budaya, bahkan ketika berada pada Barat secara politis paling dominan dan menindas.

C. Kelemahan Komentar Moore Gilbert

Dari komentarnya terhadap Said, yaitu tentang metodologi dan politik Orentalism dan ”laten dan manifest” Orentalismen, terdapat beberapa kelemahan. Metodologi: Pada dasarnya Moore meragukan apa yang ada dalam Orientalisme Said, yaitu terutama bagaimana ”kebenaran” pengetahuan itu didapatkan. Ia mendapatkan pengetahuan itu dari teks-teks yang ada mengenai Timur. Sedangkan Said sendiri mengatakan bahwa analisa harus dilakukan diluar teks. Dalam hal ini mungkin Moore melihat pada ketidakselarasan antara apa yang diungkapkan dengan yang dilakukan. Kesulitan itu Moore hubungkan dengan kondisi sitsem akademik Barat yang terlibat dalam kolonialisme pengetahuan. Moore tidak melihat bahwa maksud dari ”dilakukan diluar teks” ini adalah secara implisit Said ingin mengungkapkan bahwa kenyataan tentang kolonialisme dan hegemoni Barat—pengetahuan tentang Timur, seharusnya dilihat sesuai dengan fakta yang ada dilapangan, misalnya bagaimana bentuk hegemoni pengetahuan di negara-negara asia tenggara, asia dan negara-negara lain didunia.
Politik (representasi) : ini terkait dengan masalah representasi Timur oleh Barat dengan praktik imperialisme. Sebelumnya Said membagi menjadi (secara Biner : Timur dan Barat). Said membagi ada tradisi Barat dan representasi Timur oleh Barat (invansi Napoleon ke Mesir dan yang lebih modern dilakukan oleh Prancis dan Inggris, dimana pengetahuan sebelumnya tentang Mesir/Arab didapatkan dari Napoleon). Menurut Moore terdapat kontradiksi secara epistimologis. Bahwa pada kenyataanya Barat tidak mempresentasikan Timur dengan benar (sesuai dengan kenyataan pengetahuan Timur itu seperti apa), namun ada bentuk pengkostruksian tentang pengetahuan yang ada di Timur. Hal ini berarti secara implisit bahwa istilah materialis direpresentasikan dengan Barat. Dan Orient sadar akan hal ini, karena ini adalah bentuk kesadaran dalam tradisi Marxis. Dan Said sendiri menganut tradisi marxis maka ada ketidakjelasan posisi epistimologis. Hal ini benar jika dilihat dari segi tradisi yang dipakai secara ”naif”. Moore tidak melihat bahwa Said menganut tradisi marxis yang lebih lanjut, maksudnya adalah Marxis postkolonial. Bagaimana melihat imperialisme pada jaman postkolonial

Selanjutnya adalah tentang persoalan laten dan manifest Orentalism. Moore memeprsoalkan derajat kedalaman dari laten dan manifes. Menurutnya kedua hal tersebut memiliki derajat yang berbeda. Dimana masing-masing tersebut didapatkan dari ”tekstual” dan ”pengalaman hidup”. Derajat keduanya tidak dapat disamakan hanya dengan ”melihat dipermukaan” dan ”melihat lebih dalam”, karena pengetahuan keduanya didapatkan dengan cara yang berbeda. Selama Orientalisme yang ada hanya untuk dibaca, sejauh ini hanya berfokus pada manifest saja, yaitu hanya berkutat sekitar penulis dengan individu yang membaca teks Orientalism. Dari apa yang dipersoalkan oleh Moore tersebut. Dan hal ini menurut Moore menyimpang dari pola ”latent” Orientalism. Dalam hal ini Moore tidak melihat bahwa ”laten” orientalisme ini menurut Said adalah bagian yang tidak dimunculkan atau tersembunyi didalam discourse. Bukan dalam arti ”tekstual” ini adalah latent dan ”pengalaman hidup” adalah manifest. Akan tetapi manifes adalah apa yang tekstual (teks-teks Orientalism, kajian-kajian agama dsb)dan yang laten adalah merujuk pada ”struktur dalam” atu aspek ”unconscious”, yaitu posisi politik dan keinginan untuk berkuasa dan menguasai Timur didalam diskursus. ******