Kamis, 05 Mei 2011

Kritik Yang dilakukan Giddens TERHADAP MATERIALISME HISTORIS

Giddens berniat melakukan rekonstruksi kekuasaan sebagai sesuatu yang inheren dalam konstitusi kehidupan sosial. Anthony Giddens mengajukan teori sosial baru yang hendak melakukan dekonstruksi terhadap teori sosial klasik. Tendensi subjektivisme dan objektivisme dengan berbagai variannya, diwacanakan Giddens dengan teori strukturasi. Rekonsiderasi terhadap karya Karl Marx, Emile Durkheim dan Max Weber, merupakan awal revisi radikal Giddens dalam membangun teori strukturasi.

Teori strukturasi = merupakan salah satu usaha monumental dalam membedah agensi dan struktur sebagai dualitas. Ia memperkenalkan teorinya sejak 1970, terutama dalam tulisannya bertajuk, "Capitalism and Modern Social Theory: An Analysis of the Writings of Marx, Durkheim, and Max Weber" (1971).

Giddens juga menerbitkan trilogi: A Contemporary Critique of Historical Materialism (1981); The Nation-State and Violence (1985) dan Beyond Left and Rigth: The Future of Radical Politics (1994). Kesemuanya
merepresentasikan usaha Giddens dalam menjustifikasi teori kritis tentang modernitas.

Menurut Giddens, teori kritis harus memiliki tiga pendirian.

1. secara metodologis harus memadai sekaitan dengan isu dasar agensi, struktur dan interpretasi sejarah.
2. harus dilengkapi analisis institusional terhadap modernitas.
3. harus bergulat dengan apa arti kritik dan bagaimana dijustifikasikan.

Dalam The Consequences of Modernity (1990), Giddens menggunakan istilah modernitas "radikal", "tinggi" atau "terakhir", untuk mendiskripsikan masyarakat saat ini. Menurut Giddens, masyarakat saat ini, merupakan kontinuasi maupun diskontinuasi masyarakat sebelumnya. Bahkan Giddens memandang modernitas sebagai "juggernaut", sebuah kereta raksasa yang menggilas segala sesuatu yang ada di jalannya. Modernitas, menurut Giddens, sekurang-kurangnya pada tingkat tertentu tidak terkontrol.

Kritik Terhadap Sejarah Perkembangan Masyarakat

Giddens meneropong tiga asumsi skema evolusioner dalam konsep Karl Marx. Pertama, masyarakat cenderung berkembang dari bentuk organisasi yang relatif simpleks ke bentuk organisasi yang relatif kompleks. Kedua, sumber perubahan sosial pada dasarnya endogen karakternya. Ketiga, perbandingan
antara tipe masyarakat harus dibuat antar tipe-tipe masyarakat yang saling berdekatan atas dasar skala evolusioner.

Selanjutnya, Giddens berupaya melakukan dekontruksi atas asumsi sejarah evolusioner. Sekaligus ia melakukan rekontruksi kekuasaan sebagai sesuatu yang inheren dalam konstitusi kehidupan sosial. Dalam konteks ini, ia mengemukakan empat area tegangan utama dalam skema sejarah evolusioner Karl Marx.

1. Kapitalisme sebagai Puncak Sejarah Dunia

Tema kapitalisme sebagai puncak sejarah dunia, dielaborasi Marx secara ambigu. Sejatinya, kapitalisme memaksimalkan kontradiksi dalam perkembangan kekuatan produksi, sekaligus menyiapkan dasar untuk revolusi. Kapitalisme adalah masyarakat klas yang mengakhiri masyarakat klas dan memaksimalkan alienasi diri. Namun membuka jalan untuk tatanan sosial baru yang men-transendensi-kan alienasi diri.

2. Evolusi sebagai Kontinuitas dan Diskontinuitas

Perkembangan kapitalisme menjadi tanda dari rangkaian dis-kuntinuitas fundamental dengan sejarah sebelumnya. Kapitalisme lebih berada dari setiap tipe masyarakat lain yang dibedakan oleh Marx, daripada masyarakat itu berbeda satu dari yang lainnya. Padahal kapitalisme secara distingtif merupakan "masyarakat klas": relasi kapital/pekerja vs upahan diprediksikan pada runtuhnya ikatan antara alam,
komunitas dan karakteristik individual dari bentuk-bentuk masyarakat lain.

3. Kapitalisme sebagai "Barat"

Analisis Marx mengenai keterpilahan masyarakat Timur dari tipe masyarakat lain dan interpulasinya sebagai zaman progesif pertama dalam skema evolusioner, mengandung bias Eropa. Sesungguhnya, Marx mengikuti gagasan Montesquieu tentang karakter despotik masyarakat Timur dan gagasan Hegelian tentang karakter stagnan masyarakat Timur. Para pemikir Eropa menganggap masyarakat Timur sebagai barbarian, karena tidak menghargai hak milik privat dan kebebasan individu. Dengan demikian,
konsepsi bahwa masyarakat Timur mengalami kebuntuan historis dalam gerakan progresif kemanusiaan, niscaya mengandung bias Eropa.

4. Kekuatan dan Relasi Produksi

Dalam skema sejarah evolusioner, Marx menegaskan, pertumbuhan kekuatan produksi mengarah pada meningkatnya tegangan dengan relasi produksi yang ada, akhirnya berpuncak pada transformasi revolusioner masyarakat.

Terdapat dua argumen dibalik argumen Marx. Pertama, keunggulan produksi atas elemen hidup sosial yang lain. Kedua, produksi merupakan daya penggerak perubahan sosial. Dengan demikian, evolusionerisme Marx merupakan "world growth story" dan menunjukan adanya pemampatan unilinier dan distorsi temporal. *****